Saturday, July 26, 2008
Dokter dan Tuhan!
dalam kesibukan ini..aku ambil sikit waktu untuk kongsi dengan korang semua...
bukan apa..sekadar saling mengingatkan...
memang profesi yang kebanyakan kita kejar sekarang adalah sebuah profesi yang sangat mulia...tetapi kita harus ingat...jangan plak kita merasa diri kita sangat mulia... kemuliaan hanya milik Allah...
semua yang kita belajar (ilmu kedokteran) selama ini hanyalah sebagai alat dan ikhtiar... tetapi yang akhirnya ...the final result...tetap milik Allah...
Jangan seperti Firaun yang merasa dirinya seperti tuhan...yang bisa mematikan dan menghidupkan...
waktu kat obgyn ni selalu gak dihadapkan dengan kematian....kadang2 ada perasaan seronok bila dapat membantu melahirkan bayi.... ada kepuasan tersendiri... tetapi terkadang banyak juga berhadapan dengan kematian. Janin yang awalnya kita rasa dalam keadaan yang baik....tunggu melahirkan...tup...tiba2 DJJ (denyut jantung janin) hilang.... Masyaallah...sungguh kita sebenarnya manusia yang tidak berdaya....
memang terkadang profesi ini bisa mendekatkan diri dengan Allah...tapi tidak kurang yang membuatkan para dokter dan calon dokter malah lebih jauh dari Khalik. merasa hebat. Sombong.
jadi ingatlah...dokter bukan Tuhan... berdoalah...semoga iman tetap di hati... teruskan belajar...semoga setiap ilmu yang kita peroleh mendekatkan diri kita dengan Allah.
Monday, July 7, 2008
RSWS!! Oh RSWS!!
Bukan untuk mengajak anda melihat kelemahan management rumah sakit. Tapi kami ingin berkongsi dengan anda, kami ingin anda melihat, buka mata dan hati anda. Inilah kondisi dan kultur masyarakat yang akan dihadapi oleh anda (adik-adik di FK-UNHAS).
Ketika Allah swt menurunkun wahyu yang pertama mengajak kita supaya membaca, bukan sekadar membaca tulisan-tulisan, tetapi juga supaya kita bisa membaca setiap situasi pada setiap kondisi. Dalam proses membentuk peribadi seorang dokter muslim yang soleh dan musleh, kita harus jeli, dan sentiasa sensitif dengan keadaan lingkungan kita. Setiap masyarakat mempunyai kultur dan gaya hidup masing-masing. Kemampuan untuk membaca dan mencerna kultur di setiap lingkup masyarakat amat penting, guna membawa perbaikan dalam masyarakat yang multikultural.
Contohnya kalau patient yang perlu dilakukan pembedahan @ operasi, untuk mendapat persetujuan keluarga terkadang butuh beberapa hari bahkan berminggu-minggu. Tunggu persetujuan dari Atuk di kampong, nenek, tante, Om, dan lain2 lagi. Tetapi apakah tindakan kita dalam kondisi ini? Adakah wajar untuk kita memarahi keluarga si patient tersebut? Atau meneruskan tindakan operasi yang jelas-jelas melanggar undang-undang? Nah! Fikirkan.
Contoh lagi...patient yang datang dengan open fracture...yang jelas2 memerlukan tindakan operasi. Tetapi patient minta untuk pulang ke rumah dan berobat di dukun. Mungkin kerana takut dioperasi, tiada biaya, dan bla..bla..bla…banyak lagi alasan yang terkadang tidak masuk di akal. Tetapi itulah persepsi yang ada di masyarakat. Nah..apakah yang akan anda lakukan? Tidak mudah untuk meyakinkan patient. Saran anda?
Sekadar untuk membuka mata anda…lihatlah…fikirkanlah.
Friday, July 4, 2008
hamba
Tenggelam…
Dalam gaduh-gelisah yang tak berdasar
Hitam pekat tak tertembus sinar
Hanya kebutaan yang memimpin
Langkah tertatih-tatih
Memanggul jiwa ringkih
Mulut komat-kamit berdoa
Tangan terus berayun ke atas
Mencari permukaan yang tak terlihat
Dalam titik-titik noda
Cermin tak lagi mampu merefleksi sinar
Apa kedalaman yang melemaskan atau
Mata tak mampu lagi menatap cahaya?
PEDULI
Pernahkah kita merenung gelapnya malam? Atau cemerlang senja di ufuk langit? Barangkali dalam jeda kehidupan, kita pernah melakukannya. Tetapi persoalan yang lebih penting; apakah makna dari perenungan kita? Adakah Cuma pandangan kosong, ataupun punya erti-erti lain. Perenungan kita… kitalah yang mendefinisikannya.
Pernahkah kita bertanya mengapa malam itu gelap? Mengapa langit senja sebegitu merahnya? Barangkali sebahagian dari kita pernah, dan sebahagian yang lain bahkan tidak pernah mendapatkan momentum untuk sekadar mengambil tahu.
Dalam kehidupan sehari-hari, mengambil tahu itu adalah peduli. Bagaimana subuh kita pagi ini? Barangkali kita boleh tersenyum lega kerana subuh kita ‘selamat’. Alhamdulillah. Tetapi, masih ada lagi persoalan yang mengiringi. Sudahkah teman serumah atau sebilik kita menunaikan solat subuh pada pagi ini?
Ini adalah persoalan kepedulian. Adakah kita prihatin dengan keadaan teman kita, sahabat kita dan saudara-saudara kita? Sabda Baginda S.A.W. “Siapa yang berpagi-pagi dan tidak mempedulikan urusan kaum Muslimin, bukanlah dia dari kalangan mereka”
Bagaimana kondisi teman kita pada hari ini? Sihatkah? Sakitkah? Sudah makan atau belum? Sedang kesulitan atau lagi senang? Inilah persoalan yang paling dekat dengan skenario kehidupan seharian kita. Menebar kepedulian merupakan bahagian dari kehidupan. Indahnya Islam, semua yang bernaung di bawah kalimah-Nya adalah bersaudara.
Tidak kira di belahan bumi mana sekalipun, asal kalimah Tauhid yang sama kita pegang, kita adalah bersaudara, dan rasa persaudaraan ini punya tanggungjawabnya yang tersendiri. Kepedulian merupakan satu ranting dari cabang-cabang pohon ukhuwwah.
Peduli, barangkali merupakan satu perkataan dengan enam abjad. Tetapi menebar kepedulian lewat kata-kata sapa atau senyuman, punya makna-makna yang dapat mewarnai hari-hari kita. Jangan sampai kita menjadi renggang kerana tidak peduli. Renungkanlah, betapa kepedulian punya kesenangannya yang tersendiri.